Langkah Strategis Jelang Pelantikan Jokowi-JK
Oleh: Dr. Gun Gun Heryanto ( Tulisan ini telah dipublikasikan di Pikiran Rakyat, Kamis 16 Oktober 2014 ) Indonesia secara resmi ...
http://www.gungunheryanto.com/2014/10/langkah-strategis-jelang-pelantikan.html
Oleh: Dr. Gun Gun Heryanto
(Tulisan ini telah dipublikasikan di Pikiran Rakyat, Kamis 16 Oktober 2014)
Indonesia secara resmi akan memiliki
presiden ketujuh saat Jokowi dilantik pada 20 Oktober. Secara faktual, Jokowi telah
menjadi presiden terpilih yang ditetapkan oleh KPU dan diperkuat putusan MK
terkait perselisihan hasil pemilu, sementara secara prosedur formal kenegaraan Jokowi
akan ditahbiskan sebagai Presiden Republik Indonesia saat digelarnya siding pelantikan
MPR.
Ada dua fenomena yang patut diapresiasi
jelang pelantikan Jokowi. Pertama, langkah proaktif pimpinan MPR dalam menetralisir
kekhawatiran banyak pihak terkait isu penjegalan pelantikan Jokowi-JK. Pimpinan
MPR secara simpatik mengeluarkan pernyataan yang menggaransi proses pelantikanJokowi-JK
takakan dihambat meski koalisi Prabowo mendominasi kekuatan MPR. Tak hanya pernyataan,
pimpinan MPR pun menunjukkan niat baik untuk bertemu dengan Jokowi-JK secara langsung.
Meskipun simbolik, tetapi cukup memiliki resonansi positif pada proses
pendidikan politik di masyarakat terutama saat elite kerap diposisikan sebagai role model.
Jokowi pun melakukan tindakan komunikasi
politik yang tepat dengan memecah kebuntuan dan kekakuan politik di antara para
elite yang bertarung di pilpres 2014. Jokowi bertemu dengan Aburizal Bakrie dan
kemungkinan sejumlah elite parpol koalisi Prabowo lainnya. Langkah ini bisa dimaknai
dalam konteks pendekatan public relation spolitik
dengan cara membangun dan mengefektifkan jejaringkomunikasi dengan sejumlah sosok
kunci sekalipun bersebrangan kepentingan politiknya. Model grunigian dengan menyodorkan
keuntungan bersama (mutual benefit)
dalam domain kepentingan yang lebih besar yakni urusan bangsa dan negara melampaui
urusan dan ego partai politik atau pun perseorangan.
Langkah strategis para elite
ini mestinya juga didukung oleh masyarakat dan media massa. Masyarakat turut menciptakan
suasana kondusif dengan menyikapi fenomena sirkulasi elite ini secara damai dan
dewasa. Tidak mudah terprovokasi oleh isudan peryataan yang mengadu domba dan menebar
ketakutan melalui beragam saluran komunikasi yang kerap digunakan warga. Media
massa wajib memainkan peran elegan dengan mengabarkan kebenaran bukan memainkan
peranpro pagandis yang menakutkan khalayak. Media tentu sangat memahami rumusan
penting dalam Teori Agenda Setting “saat media merangking satu atau beberapa isu,
maka khalayak kecenderungannya akan merangking isu-isu tersebut sebagai isu penting”.
Saat Indonesia dalam situasi transisi kepemimpinan, maka peran strategis media diperlukan
dalam memfasilitasi kohesi sosial dan politik agar demokrasi produktif mewujud bukan
hanya di level wacana tetapi juga di level tindakan.
Namun terlepas dari peran banyak
kalangan, salah satu langkah strategis yang utama dan akan mendapat banyak sorotan
publik tentu saja kebijakan Jokowi dalam menyusun kabinetnya. Ini merupakan pekan
menentukan karena Jokowi sudah harus memfinalisasi siapa saja orang yang tepat untuk
mengisi sejumlah pos-poskementrian. Kabinet Jokowi-JK harus kuat dan produktif,
karena lima tahun ke depan akan menjadi masa kekuasaan di bawah tekanan.
Koalisi di luar pemerintahan mendominasi DPR sehingga diprediksi perjalanan Jokowi-JK
akan terjal, curam dan sangat bising terutama saat Jokowi-JK mengaktualkan sejumlah
program dan prioritas capaian jangka pendek, menengah dan panjang. Harapan publik
pun sangat tinggi pada Jokowi. Rakyat menghendaki Jokowi menghadirkan cabinet kerja
yang mengoptimalkan peran mereka untuk rakyat.
Jokowi butuh
memperkuat penstrukturan adaptif di birokrasi yang akan dipimpinnya. Dalam
terminologi Anthony Giddens sebagaimana dikutip oleh West dan Turner dalam Introducing
Communication Theory (2008) penstrukturan adaptif terjadi jika organisasi
diproduksi, direproduksi, dan ditransformasikan melalui penggunaan
aturan-aturan yang berfungsi sebagai perilaku para anggotanya. Jelas dan tegas,
para menteri terpilih wajib mendedikasikan diri dan jabatannya untuk rakyat dan
tidak menduakannya untuk kepentingan parpol atau demi memperkaya diri dan kelompoknya.
Jokowi harus mengubah cara menyusun cabinet dari oligarki parpol ke meritokrasi.
SelamatdatangkabinetJokowi-JK!